review ABI 212

ABI (Aksi Bela Islam) 3 tanggal 212, meninggalkan kesan yang begitu mendalam, walaupun saya tidak terlibat langsung di sana namun saya sangat tersentuh, karena itu saya copas cerita-cerita dari sebaran medsos medsos :
 cerita 1 :
Lagi-lagi tentang ☔☔☔ #Aksi212

SEMERBAK HARUM SAAT HUJAN TURUN JAMAAH SHOLAT JUM'AT MONAS

kesaksian Arik S. Wartono

Aku datang longmarch bersama tak kurang 3000 (tiga ribu) jamaah dari kawasan Harmony, memasuki kawasan Monas melalui arah barat patung kuda bundaran HI. Mendapat info bahwa Monas sudah penuh. Tapi aku butuh membuat liputan kebenarannya.

Maka aku memotret dan membuat video di bundaran HI sebentar, kemudian menerobos masuk mendekati panggung utama orasi di Monas, yang sekaligus lolasi panggung imam jamaah sholat jumat.

Langkahku terhenti sekitar 25 meter dari panggung orasi, sebab lautan umat sudah mustahil aku belah lagi untuk lebih dekat.

Dari titik itulah aku membuat liputan kesaksianku, sambil menggelar sajadah.

Selama tak kurang tiga jam berdiam di titik Barat Monas tepat kiri imam yang sekaligus lokasi panggung utama orasi, cuaca tak sedetikpun panas.

Matahari muncul sedikit tanpa membakar terik, selebihnya mendung.

Drone terus beterbangan di atasku, hellykopter mengelilingi Monas dalam hawa sejuk angin semilir.

Saat aku memejamkan mata sambil bersila di atas sajadahku sambil mendengarkan orasi Aa Gym, aku bahkan merasa sauasananya seperti sedang di pinggir pantai, adem-semilir. Padahal kabarnya ini aksi demonstrasi.

Setelah orasi beberapa tokoh, tiba saatnya Muadzin mengumandangkan adzan sebagai tanda dimulainya ibadah Jumat yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim lelaki akil balikh.

Saat itulah hujan mulai turun, seolah Allah sengaja mengirim air wudhu untuk kami semua 7,4 juta jamaah.

Untuk orang sebanyak itu, coba pikir berapa ton kubik air yang dibutuhkan untuk berwudhu sekalipun dalam situasi paling darurat?

Allah memahami kebutuhan kami, maka diturunkannya hujan yang tidak deras untuk kami berwudhu.

MasyaAllah, jamaah pun diliputi rasa syukur dan haru.

Sekitar 5 menit hujan turun, indra penciumanku mengindera bau semerbak harum.

Aku berpikir sejenak, bau parfum siapakah ini yang sanggup semerbak dalam guyuran hujan?

Bukankah kami berkumpul 7,4 juta orang? Mestinya kan pengab bau keringat di bawah hujan? Normalnya kan bau apag (tak sedap) pakaian kotor berkeringat yang terbasahi air?

Tapi ini malah bau harum semerbak.

Aku coba berpikir lain: apakah ada yang sedang membakar dupa?

Ah mana mungkin ada dupa di bawah guyuran hujan? Lagipula ini bukan bau dupa, dan mana mungkin ada jamaah sholat jumat yang membakar dupa?

Aku coba berpikir lain, dan harum semakin semerbak, lebih dari 5 menit sudah harum ini.

Apakah ada sesorang yang menyemprotkan parfum mahal dalam jumlah besar ?

Aku lihat sekeliling, nihil. Di sisi kiri belakangku sekitar 50 meter memang ada mobil tangki, tapi jelas bertuliskan Air Minum (untuk Wudhu).

Harum semerbak bahkan kian jelas. Maka aku coba bertanya pada orang-orang di sekelilingku dengan suara lumayan keras, sebab memang belum Adzan kedua sebagai tanda dimulainya khutbah Jumat :

"Bapak-bapak dan Abang di sini semua apakah mencium bau harum yang kuat?"

semua menjawab 

"Ya, benar. Bau harum, wangi."

Aku lihat tadi ada seorang bapak usia 50an yang batuk saat hujan mulai turun. Mungkin bapak ini sedang pilek. Aku langsung tanya:

"Apakah bapak juga mencium bau harum?"

beliau tegas menjawab: "Ya, benar bau harum !"

Aku bertanya sekali lagi dengan suara lebih keras pada semua jamaah di sekelilingku:

"Apakah semua yang di sini mencium bau harum yang kuat?"

Semua serempak menjawab

"Ya", sambil mengangguk. Sampai aku mengulagi 3x pertanyaanku pada jamaah, jawabnya pun sama: YA. 

Aku melanjutkan pertanyaan:

"Parfum apakah yang bisa berbau harum di tengah guyuran hujan begini?"

Kebetulan saat itu hujan mulai sedikit deras, bersamaan dengan pertanyaanku.

Tidak ada jawaban.

Akun lanjutkan:

"Adakah di sekitar sini tanaman yang sedang berbunga, yang bapak dan abang semua kenali dengan bau harum begini?"

Semua mengeleng, kembali tak ada jawaban.

Aku lanjutkan lagi:

"Lalu bau harum apa ini, yang kita semua bisa merasakannya dalam guyuran hujan begini?"

Kali ini pertaanku melemah,  bahkan sedikit tersekat.

Dan beberpa jamaah aku lihat mulai berubah raut mukanya,  mereka mulai berlinang air mata.

Tiba-tiba saja kami para lelaki telah menangis di bawah hujan.

"MasyaAllah... Subhanallah.. apakah Kau sedang mengutus malaikatmu untuk kami ya Allah, dengan hujan ini?"

Seorang bapak berwajah keturunan Arab (tampaknya seorang ustsdz, atau mungkin habib) spontan hampir berteriak sambi menangis.

Kami semua pun kian berlinang, tak kurang 100 orang saat itu di dekatku yang memberi kesaksian tentang fenomena alam yang tak biasa ini.

Muadzin pun mengumandangkan adzan kedua, Habib Rieziq mulai berkhutbah sebagai khatib sholat Jumat, dan bau harum tak tercium lagi, hujan terus merintik.

Kami tetap khitmad menyimak khutbah Jum'at yang menggetarkan.

Dan aku menjadi saksi di antara 7,4 juta jamaah.

Itu jamaah sholat jumat terbesar yang pernah aku ikuti seumur hidup, di bawah guyuran hujan.

Allahuakbar.

(Jakarta, 2 Desember 2016)

Cerita 2 :

Baca ini,buat yg blg k Jkt kami/Muslim nyari makan gratis,smua krn ikhlas&Allah.
Inilah Al Maidah 51
Pojok Bela Islam 3
Donat gratisss

Tukang donat ini tiba-tiba saja didepan saya. Langsung berkata "donat gratis pak.... bu...., halal... halal....."

Dalam sekejap donat ini habis terbagi kepada jamaah aksi 212 yang melaluinya. Setiap jamaah yang mendapat donat gratis nampak kagum dengan keikhlasan sang penjual donat.
Namun saya amati setiap kali menerima donat para jamaah melesakkan sesuatu ke saku celana sang penjual donat.

Saya mendekati si abang yang merapikan kotak dagangan sambil menghitung uang yang dia terima dari "paksaan" jamaah yang diberi donat secara cuma-cuma. Matanya tampak berkaca-kaca menghitung lembaran uang yang rata-rata adalah pecahan seratus ribu dan beberapa lima puluh ribuan.

"Ya Allah, dua juta seratus", ucapnya lirih.

Saya tertegun melihat hidangan pertunjukkan Allah yang luar biasa. Satu orang pedagang donat keliling yang pasti secara ekonomi bukan dalam kategori berkecukupan, memiliki keikhlasan yang luar biasa.

Allah mempertemukannya dengan orang-orang baik yang mudah sekali bersedekah.
Pedagang donat yang sehari-hari berdagang donat di monas dengan nilai dagangan tidak lebih  dari dua ratus ribu mendapatkan uang lebih dari dua juta hari ini.

"berbagi tak harus menunggu lapang"
"orang baik bertemu orang baik" - 2 Desember 2016

Cerita 3 :

KEAJAIBAN-KEAJAIBAN 212

Seharian kemarin hingga subuh hari ini , Minggu (4/12) di grup -grup WA, dan di time line FB , saya membaca banyak sekali orang-orang menulis kesaksian-kesaksian baik berkaitan dengan ketakjuban , keajaiban , dan berbagai peristiwa yg menyentak nurani, hingga membacanya kadang harus disertai hujan air mata. Hebatnya  lagi , di antara kesaksian -kesaksian dari peristiwa 212 itu beberapa di antaranya yg menulis orang non muslim dan saudara kita beretnis  China  yg mengaku sengaja membaur dengan umat, hanya ingin tahu apa sebetulnya yg ingin dilakukan atau disampaikan umat Islam.
Bahkan seorang Ahoker yg sengaja menyusup, meminta maaf berkali -kali dalam tulisannya karena selama ini sudah  bersuudzon pada gerakan umat 212. Oh iya ada juga wartawan non muslim dan medianya James Riyadi (Lippo), juga menulis kesaksiannya dan kekagumannya atas ketertiban dan kecintaan umat  Islam pada Allah SWT , serta agamanya pada aksi 212.
Saya sendiri sampai bingung dan kehilangan kata-kata , bahkan sulit memulai menulis, karena saya seperti melihat mimpi dengan peristiwa-peristiwa "212". Saya merasa seperti baru pulang umroh atau berhaji, rasa keimanan saya makin kuat . Sy benar -benar seperti mengulang umroh saya tiga tahun lalu saat hampir sepanjang puasa hingga Lebaran  berada di Makah. Semalam saya bilang pada para ponakan -ponakan, "Kalian belum ke Makah  kan? Nah  keajaiban -keajaiban yang terjadi di Makah  itu sama  persis  dengan yg kalian rasakan waktu kalian di antara lautan umat muslim 212 kemarin" kata saya ke mereka.

Sekali lagi saya bingung mulai cerita dari mana, saking rasa yg bercampur aduk di hati hingga pagi ini. Saya pada Jum'at (212) lalu berangkat bersama tim JMP sekitar pukul 3  dini hari dari base camp Dapur Umum  JMP di Cibubur dengan konvoi 12 mobil. Mobil saya posisi paling belakang.  Keluar pintu Tol Jagorawi ada rasa mengaduk -aduk hati ketika saya lihat jalan tol di waktu sepagi itu sudah ramai , bahkan penuh. Keluar tol Rawamangun ..Masya Allah saya mulai tersihir seperti berada dalam perjalanan Madinah -Makah atau Jeddah -Makah, saya melihat tiba -tiba jalanan terang benderang seperti banyak lampu layaknya di jalan -jalan Madinah -Makah atau Jeddah -Makah, saya melihat rombongan berbaju putih berjalan di alur jalan lambat, bus -bus besar  di sepanjang Jln Prmuka menurunkan umat yg semua berbaju putih ,yg  ternyata dari berbagai daerah, dan di berbagai  sudut atau perempatan jalan juga banyak umat bergerombol seperti menunggu kelengkapan anggota rombongan . Sebelum subuh itu jalan sudah demikian ramai, antar umat satu dengan yg lain saling sapa. Memasuki kawasan Gambir  konvoi 12 kendaran JMP mulai dipecah 4 di Gambir, 4 Pintu Masuk Monas (dekat arah Harmoni) dan 4 lagi di depan Indosat (Patung Kuda). Saya kebagian yg di depan Indosat.

Saat memasuki kawasan Monas  suasana hati saya seperti melihat kawasan di sekitar Masjidil Haram . Bagaimana tidak?

Di sana saya banyak melihat mobil -mobil pribadi yg di atapnya dipenuhi barang -barang  (para mujahid dari luar kota), penjualan pakaian layaknya untuk kelengkapan haji bertebaran di trotoar Monas, tenda -tenda kecil , dan meja -meja mulai dipenuhi dengan minuman dan makan . "Ayo sarapan dulu, silahkan ambil " teriak mereka yg jaga tenda atau meja penuh makanan , bahkan ada yg memakai TOA utk memanggil umat bersarapan di subuh itu.

Masya Allah saya juga melihat mereka yg datang subuh itu melaksanakan sholat subuh di jalan-jalan. Beberapa ruas jalan yg ditutup pagar kawat berduri di seputar Istana, dan di seputar RRI , membuat kami harus mutar lewat Harmoni utk menuju Indosat.
Sampai di depan Indosat (depan patung kuda) kami mendapat tempat yg strategis, bahkan polisi dan Satpol PP mempersilahkan kami memarkir mobil-mobil kami di situ (tidak jauh dari Posko sederhana yg kami buat). Masya Allah hanya berselang berapa menit kami parkir...tiba-tiba seperti air bah datang mobil -mobil logisik dari berbagai organisasi atau hanya sekedar kumpulan  dari Grup WA, Ibu-Ibu Pengajian, Grup Arisan, dll . Sepanjang jalan menuju Monas dan di sekitar Monas di pinggir -pinggir jalan penuh makanan, bahkan sudah seperti pameran akbar kuliner . Dan semua GRATIS. Dari nasi campur, nasi padang (dari padang yg dibungkus kotak), nasi Madura, Lontong Sayur,  Nasi Uduk dll , semua ada. Umat tinggal ambil sekuat dia bawa .

Merinding saya melihat para mujahid dan majahidah  sampai bingung membawa makanan karena semua menawarkan gratis. Makanan meluber, dari subuh sampai selesai acara . Anda akan melihat , layaknya kalau Anda umroh di bulan puasa, di mana pada saat buka banyak sekali  berbagai makanan di tawarkan, dan diberikan secara gratis. Jadi hari itu rasanya sampai bubar pun tdk ada mujahid yg kelaparan atau kehausan , bagaimana tidak ratusan ribu bahkan jutaan karton ada di sepanjang jalan. Dan umat tinggal mengambil saja.
Dari subuh aliran manusia menuju Monas mengalir  makin deras, ujungnya pukul 7 pagi Monas sudah penuh, dan sekitar kami (di luar Monas) yg tadinya masih lengang  pukul 8 juga  sudah makin padat. Dan saat pukul 10 pagi, kami sdh tidak bisa  bergerak kemana-mana . Kita hanya bisa berdiri di tempat. Bahkan waktu sholat, tidak sejekangkal pun tanah kosong. Sekali lagi persis suasana umroh atau saat berhaji.
Saya dan kawan-kawan saya juga  merasakan keajaiban-keajaiban seperti di tanah suci. Sebagai contoh, saat pukul 8 pagi perut sudah mulai keroncongan saya pengin makan nasi padang seperti yg ditawarkan posko sebelah (banyak sayurnya). Saya minta sopir untuk meminta nasi bungkus  padang  ke posko sebelah, ternyata katanya sudah habis. Namun 10 menit kemudian, tiba-tiba anak muda membawa satu tas kresek besar nasi Padang persis seperti yg saya inginkan sambil mengatakan, "Titip ya tolong bagikan " katanya begitu saja sambil meninggalkan bungkusan di atas tumpukan karton. Masya Allah, ternyata isinya nggak hanya puluhan bungkus nasi padang, tapi juga camilan yg lagi dipinginin  tim JMP Regina Cloudya Vallery (Evelin). Tidak lama teman saya Mbak Ika Saraswati Sarah mengatakan , lagi nggak pengin makan nasi , tapi pengin makan kurma ...entah dari mana asalnya  tiba -tiba ada bapak-bapak mengulurkan tiga kantong kurma kwalitas super. Lagi kawan saya yg juga jaga Posko Logistik JMP  Mbak Acut Purwoko berbisik pengin Risoles ..Ya Allah ..gak lama kemudian Mbak Acut  dicolek dari belakang ada yg memberi risoles , Allahu Akbar!
Mbak Ika yg sudah mulai pengab dan susah nafas karena banyaknya orang , tiba-tiba mengatakan, Ya Allah berikan kami oksigen ...tiba-tiba angin semilir yg sejuk sekali datang menerpa wajah dan hidung kami , hingga kami merasa lega bernafas.
Lagi Evelin mengatakan, pengin ngemut permen, dan lagi-lagi juga pedagang kopi dan teh di belakang kami menyodorkan dua pak permen ... Subhanallah ! Usai sholat Jum'at saat logistik kita sendiri (makanan yg kita bawa) habis, ternyata kita semua Tim JMP pada kelaparan.  Novia Opis  yg dari pagi pengin nasi Padang dari RM tertentu, tiba -tiba membawa satu tumbukan nasi Padang Kotak (yg paginya kami sempat rasani atau omongin dari RM yg terkenal), dan satu box nasi bakar yg paginya  juga sempat sy bayangkan. "Dari mana Pis?" ..."Saya lagi jalan , eh bapak-bapak pada ngasih ini"...Ya Allah lha kok apapun yg ada dalam pikiran dan menjadi keinginan kami ENGKAU BERIKAN! Makanya sy sulit sekali menuliskan ini.....samua serba ajaib ..Allah SWT ada di mana-mana , di hati kita , di Monas dan di mana saja, asal kita ikhlas meminta Allah pasti kabulkan!
Saat pulang saya sudah mikir pasti macet total nih ...Ya Allah saya melihat luar biasa kebesaranMU, jutaan manusia itu mengalir dengan tertib, yg berjalan kaki di trotoar, yg naik motor di pingir jalan, sehingga mobil yg di dalamnya para mujahid begitu  bebas mengalir. Ajaib jutaan manusia berkumpul , namun jalanan tidak macet. Wajar kadang tersendat sedikit.
Oh ya keajaiban juga terjadi pada cuaca , sebelum hujan turun pas sholat Jum'at, setiap setengah jam bila udara sudah gerah, Allah SWT menyapukan angin disertai rintik hujan sebentar , kemudian panas lagi...demikian terus hingga turun hujan saat sholat Jum'at dan berhenti persis bersamaan dengan berhentinya sholat Jum'at atau saat acara selesai.
Yg lucu lagi ternyata kita juga tidak boleh sedikit pun punya pikiran dan hati jahil saat 212. Saya baru saja menggelar karton untuk sedikit bisa duduk, saya bilang, mudah -mudahan nggak ada yg nginjak -injak ...eh baru diam bentar , tiba-tiba mujahidah berbadan besar berpakaian hitam nginjak-injak tempat saya duduk begitu saja tanpa permisi (bagi yg sudah ke Makkah pasti ketawa membaca tulisan ini, karena kita jemaah dari Indonesia itu sering kelindas, atau bahkan diinjak jamaah2 haji berbadan besar dari negara lain)..yg kedua saya lagi mikir, mudah -mudahan nggak ada yg lempar sepatu kulit nih hujan -hujan  kayak gini...Masya Allah plok dua pasang sepatu terlempar di sebelah  saya dari bapak-bapak yg mau sholat ...ha..ha...sambil menutup hidung saya menyingkirkan sepatu tersebut. Saya bilang ke Mbak Ika, "Mbak baru aja aku bilang sudah dikirimin yg aku nggak suka ...ha..ha"...
Itulah sekelumit cerita peristiwa 212 dari sy , dan bagi sy pribadi ini perisitiwa yg luar biasa , hingga tidak mungkin saya lupakan sepanjang hidup saya. Cerita ini juga akan saya simpan untuk anak -cucu saya, tentang  bagaimana  kami dan para  umat lainnya  berjuang sungguh-sungguh untuk membela dan menjaga  agama kita dari hinaan siapapun.....
Semoga setelah bela Islam 3 (212) pemerintah dan penegak hukum tidak main-main lagi dengan gerakan umat, dan mau menindak tegas penista agama. Kalau tidak , jangan salahkan kalau suatu saat lautan umat akan membuat JAKARTA LUMPUH berhari-hari!

Jakarta, Minggu 412
NSD

semoga mengingatkan kita semua begitu pentingnya membela agama ini. sebagai modal kelak di akhirat

mohon maaf .

Komentar